Dalil Alquran Tentang Haji Dengan Berjalan Atau Bekendaraan

Kategori : Manasik Umroh dan Haji, Ditulis pada : 29 Oktober 2022, 08:56:58

Surat Al-Hajj Ayat 27

وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ

Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.

Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim as agar menyeru manusia untuk mengerjakan ibadah haji ke Baitullah dan menyampaikan kepada mereka bahwa ibadah haji itu termasuk ibadah yang diwajibkan bagi kaum Muslimin.

Kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa perintah Allah dalam ayat ini ditujukan kepada Nabi Ibrahim as yang baru saja selesai membangun Ka`bah. Pendapat ini sesuai dengan ayat ini, terutama jika diperhatikan hubungannya dengan ayat-ayat yang sebelumnya. Pada ayat-ayat yang lalu disebutkan perintah Allah kepada Nabi Muhammad saw agar mengingatkan orang-orang musyrik Mekah akan peristiwa waktu Allah memerintah Ibrahim supaya membangun Ka`bah, sedang ayat-ayat ini menyuruh orang-orang musyrik itu mengingat peristiwa ketika Allah memerintahkan Ibrahim menyeru manusia agar menunaikan ibadah haji.

Pendapat ini sesuai pula dengan riwayat Ibnu `Abbas dari Jubair yang menerangkan, bahwa tatkala Ibrahim as selesai membangun Ka`bah, Allah memerintahkan kepadanya, "Serulah manusia untuk mengerjakan ibadah haji."

Ibrahim as menjawab, "Wahai Tuhan, apakah suaraku akan sampai kepada mereka? "Allah berkata, "Serulah mereka, Aku akan menyam-paikannya." Maka Ibrahim naik ke atas bukit Abi Qubais, lalu mengucapkan dengan suara yang keras, "Wahai sekalian manusia, se-sungguhnya Allah benar-benar telah memerintahkan kepadamu sekalian mengunjungi rumah ini, supaya Dia memberikan kepadamu surga dan melindungi kamu dari azab neraka, karena itu tunaikanlah olehmu ibadah haji itu." Maka suara itu diperkenalkan oleh orang-orang yang berada dalam tulang sulbi laki-laki dan orang-orang yang telah berada dalam rahim perempuan, dengan jawaban, "Labbaika, Allahumma labbaika". Maka berlakulah "talbiyah" dengan cara yang demikian itu. Talbiyah ialah doa yang diucapkan orang yang sedang mengerjakan ibadah haji atau umrah, doa itu ialah, "Labbaika, Allahumma Labbaika."

Al-Hasan berpendapat bahwa perintah Allah dalam ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad saw. Alasan beliau ialah semua perkataan dan pembicaraan dalam ayat-ayat Al-Qur'an itu ditujukan kepada Nabi Muhammad saw, termasuk di dalamnya perintah melaksanakan ibadah haji ini. Perintah ini telah dilaksanakan oleh Rasulullah bersama para sahabat dengan mengerjakan haji wada` (haji yang penghabisan), sebagaimana tersebut dalam hadis:

Dari Abi Hurairah, ia berkata, "Rasulullah telah berkhotbah dihadapan kami, beliau berkata, "Wahai sekalian manusia Allah telah mewajibkan atasmu ibadah haji, maka kerjakanlah ibadah haji." (Riwayat Ahmad)

Jika diperhatikan, maka sebenarnya kedua pendapat ini tidaklah berlawanan. Karena perintah menunaikan ibadah haji itu ditujukan kepada Nabi Ibrahim dan umatnya diwaktu beliau selesai membangun Ka`bah. Kemudian setelah Nabi Muhammad saw diutus, maka perintah itu diberikan pula kepadanya, sehingga Nabi Muhammad saw dan umatnya diwajibkan pula menunaikan ibadah haji itu, bahkan ditetapkan sebagai rukun Islam yang kelima.

Dalam ayat ini terdapat perkataan, "...niscaya mereka akan datang kepadamu..." Dari perkataan ini dipahami, seakan-akan Tuhan mengatakan kepada Ibrahim as bahwa jika Ibrahim menyeru manusia untuk menunaikan ibadah haji, niscaya manusia akan memenuhi panggilannya itu, mereka akan berdatangan dari segenap penjuru dunia walaupun dengan menempuh perjalanan yang sulit dan sukar. Siapapun yang memenuhi panggilan itu, baik waktu itu maupun kemudian hari, maka berarti ia telah datang memenuhi panggilan Allah seperti Ibrahim dahulu telah memenuhi pula. Ibrahim dahulu pernah Allah perintahkan datang ke Mekah yang masih sepi, Ibrahim memenuhinya walaupun perjalanannya sukar, melalui terik panas padang pasir yang terbentang antara Mekah dan Syiria. Perintah itu telah dilaksanakan dengan baik, bahkan Ibrahim bersedia menyembelih anak kandungnya Ismail, semata-mata untuk melaksanakan perintah Allah, karena itu Allah akan menyediakan pahala yang besar untuk Ibrahim, dan pahala yang seperti itu akan Allah berikan pula kepada siapa yang berkunjung ke Baitullah ini, terutama bagi orang yang sengaja datang ke Mekah ini untuk melaksanakan ibadah haji. Perkataan ini merupakan penghormatan bagi Ibrahim dan menunjukkan betapa besar pahala yang disediakan Allah bagi orang-orang yang menunaikan ibadah haji semata-mata karena Allah.

Para ulama sependapat bahwa datang ke Baitullah untuk mengerjakan ibadah haji dibolehkan mempergunakan kendaraan dan cara-cara apa saja yang dihalalkan, seperti dengan berjalan kaki, dengan kapal laut atau dengan pesawat terbang atau dengan kendaraan melalui darat dan sebagainya. Tetapi Imam Malik dan Imam Asy-Syafi`i berpendapat bahwa pergi menunaikan ibadah haji dengan menggunakan kendaraan melalui perjalanan darat itu lebih baik dan lebih besar pahalanya, karena cara yang demikian itu mengikuti perbuatan Rasulullah. Dengan cara yang demikian diperlukan perbelanjaan yang banyak, menempuh perjalanan yang sukar serta menambah syi`ar ibadah haji, terutama di waktu melalui negara-negara yang ditempuh selama dalam perjalanan. Sebagian ulama berpendapat bahwa berjalan kaki lebih utama dari berkendaraan, karena dengan berjalan kaki lebih banyak ditemui kesulitankesulitan daripada dengan berkendaraan. Dalam masalah ini berkendaraan atau tidak adalah masalah teknis saja. Secara umum Islam tidak menghendaki kesukaran tetapi kemudahan. Islam juga tidak membebani seseorang sesuatu yang dia tidak mampu melakukannya.

Melaksanakan ibadah haji baik dengan kendaraan atau pun dengan berjalan kai, pasti akan memperoleh pahala yang besar dari Allah, jika ibadah itu semata-mata dilaksanakan karena Allah. Yang dinilai adalah niat dan keikhlasan seseorang serta cara-cara melaksanakannya. Sekalipun sulit perjalanan yang ditempuh, tetapi niat mengerjakan haji itu bukan karena Allah maka ia tidak akan memperoleh sesuatu pun dari Allah, bahkan sebaliknya ia akan diazab dengan azab yang sangat pedih karena niatnya itu.

Jika seseorang telah sampai di Mekah dan melihat Baitullah, disunnahkan mengangkat tangan, sebagaimana tersebut dalam hadis:

Diriwayatkan oleh Ibnu `Abbas ra dari Nabi saw, beliau bersabda, "Diangkat kedua tangan pada tujuh tempat, yaitu pada pembukaan salat, waktu menghadap Baitullah, waktu menghadap bukit Safa dan bukit Marwah, waktu menghadap dua tempat (Arafah dan Muzdalifah) dan waktu melempar dua jamrah." (Riwayat Ahmad)
Hadis ini diamalkan oleh Ibnu Umar ra.

Asal Usul Kota Makkah ditulis oleh Bahrus Surur-Iyunk, Dosen STIT Pondok Modern Muhammadiyah Paciran Lamongan; Guru SMA Muhammadiyah I Sumenep.

PWMU.CO – Bulan Dzulqadah dan Dzulhijjah adalah bulan Nabi Ibrahim bersama keluarganya. Pada bulan ini, tradisi kehidupan kelarga ini ‘diamalkan’ ulang oleh umat Islam. Seperti, thawaf, sai, lempar jumrah, atau berkurban yang menjadi bagian ritual haji.

Negeri Saba’
Adapun yang menjadi titik sentrum ibadah haji adalah Makkah. Terbentuknya kota suci tersebut tidak bisa dilepaskan dari Nabi Ibrahim dan keluarganya.

Dalam Surat Saba’ 15, Allah menjelaskan, “Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.

(Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”

Dulu, di negeri Saba, atau Yaman kin, ada dua bendungan di timur dan di barat—dalam bahasa al-Quran di kiri dan di kanan. Namanya bendungan Ma’rib.

Dua bendungan inilah yang menjadikan Saba’ menjadi negeri yang subur. Makanan dan buah-buahan melimpah. Semua jenis sayuran ada. Perkebunan, pertanian, peternakan, dan perdagangan negeri Saba’ sangat maju dan kaya raya.

Namun, pada saat itu, mereka kufur atas nikmat Allah tersebut. Karena kekufuran mereka, dua bendungan itu akhirnya disapu banjir dan diganti oleh Allah dengan pepohonan berduri. Sebagaimana lanjutan ayat di atas.

“Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl (sejenis pohon cemara) dan sedikit dari pohon Sidr (sejenis pohon berduri). (Saba 16)

Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (Saba 17)

Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkah kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman.” (Saba 18).

Ibrahim jika dilihat dari bahasa Arab berasal dari kata abun dan rahim. Abun artinya ayah, sedangkan rahim artinya penuh perhatian dan sangat sayang.

Karena teramat sayang dan perhatiannya, Ibrahim akhirnya sering menjenguk Hajar dan Ismail ke Mekkah. Ia ingin tahu siapa yang merawatnya, bergaul dengan siapa dan bagaimana keadaannya.

Nama-Nama Lain Kota Makkah
Dalam al-Quran, lembah Makkah disebut dalam berbagai istilah. Ada istilah al-balad al-amin (kota yang aman; negeri yang aman; negeri yang terlindungi).

Istilah itu dapat ditemukan dalam rangkaian firman Allah QS. A-Tiin: “Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun. Dan demi bukit Sinai. Dan demi kota (Mekah) ini yang aman.”

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa Tin ialah tempat tinggal Nabi Nuh yang berada di Damaskus yang banyak pohon Tin. Dan Zaitun ialah Baitul Maqdis yang banyak tumbuh pohon Zaitun.

Makkah juga disebut dengan nama Bakkah. Istilah ini, menurut Nurcholish Madjid, ternyata juga dipakai dalam Bible, yaitu ada dalam kitab Genesis yang melukiskan tentang bagaimana Ismail diberkati oleh Tuhan yang berjalan menuju lembah bernama Bakkah. Ini sebagai suatu ilustrasi tentang sampainya Ismail ke negeri itu.

Istilah lain untuk Mekkah yang juga digunakan dalam al-Quran adalah Ummul-Qura. Istilah ini yang sekarang dijadikan nama sebuah universitas di Mekkah, yaitu Universitas Ummul-Qura.

Sama persis artinya dengan istilah dalam bahasa Yunani yang sudah menjadi bahasa Indonesia, yaitu metropolitan. Metro artinya umm (ibu), dan politan artinya qura (kota, polis). Jadi, metropolitan atau ummul-qura adalah sama dengan ibukota. Sebab, Mekkah itu ibukota spiritual umat manusia.

Dulu Mekkah juga disebut dengan nama Macoraba. Kata ini berasal dari bahasa Arab, yaitu maqrabah yang artinya tempat melaksanakan kurban.

Dalam sejarahnya, tempat ini memang dianggap tempat suci dalam melaksanakan kurban. Menurut sumber-sumber agama yang tercampur legenda, Makkah itu sudah ada dan dikenal sejak Nabi Adam. Jadi bukan seak zaman Nabi Ibrahim.

Dengan demikian, keberadaan dan terbentuknya keadaban kota Makkah itu dihidupkan kembali oleh Nabi Ibrahim dan keluarganya atas perintah dan wahyu yang disampaikan Allah kepadanya.

Berdirinya Kota Makkah tidak terlepas dari sejarah Nabi Ismail dan ibunya Siti Hadjar. Atas perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim meninggalkan anak dan istrinya di lembah yang dahulu tidak berpenghuni, tidak ada air maupun orang yang tinggal di sana.

Imam Al-Bukhari meriwayatkan, Nabi Ibrahim meninggalkan Nabi Ismail saat masih bayi dan masih menyusu kepada ibunya. Sedangkan Nabi Ibrahim kembali ke Suriah.

Nabi Ibrahim menurunkan istri dan anaknya di bawah sebuah pohon dengan meninggalkan sekantong kurma dan sebotol air, lalu kembali ke Suriah kuno. Sesaat sebelum pergi, Hajar memanggil dan bertanya: “Kamu hendak kemana? Bagaimana kamu bisa meninggalkan kami di lembah terpencil ini yang tidak ada manusia atau apa pun (kehidupan)?"

Nabi Ibrahim masih terdiam dan Hadjar kembali mengulang pertanyaannya. Hingga kesekian kali Hadjar bertanya, Nabi Ibrahim hanya terdiam.

Hadjar kemudian mengubah pertanyaannya, "Apakah Allah memerintahkanmu untuk melakukan ini?" Barulah kemudian Nabi Ibrahim menjawab, "Ya. Maka Allah tidak akan pernah meninggalkan kita," kata Nabi Ibrahim.

 

Nabi Ibrahim kemudian mengambil beberapa langkah lalu berdiri di atas bukit kecil, mengangkat tangannya seraya berdoa dan memohon kepada Allah SWT. "Ya Allah ya Tuhan kami! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di sebuah lembah yang belum digarap dekat Rumah Suci-Mu, Ya Allah (yang demikian itu), agar mereka mendirikan sholat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, semoga mereka bersyukur,” (Q.S Ibrahim ayat 37).

Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim dengan memberkahi Hadjar dan Nabi Ismail sebuah sumur yang tidak pernah kering, sumur zamzam. Kemudian semua orang datang dari berbagai penjuru untuk tinggal dan menetap di kota Makkah.

Suku pertama yang tinggal di Makkah adalah suku Jurhum di mana Nabi Ismail dibesarkan dan dengan siapa ia menikah. Kemudian Nabi Ibrahim datang sesekali ke Makkah untuk mengunjungi anak dan istrinya.

Kemudian Allah memerintahkannya untuk membangun Ka'bah. Allah berfirman: "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim sedang meningkatkan fondasi rumah (bersama) Ismail (seraya berkata) : Ya Tuhan kami! Terima (ini) dari kami. Sungguh, Engkau adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui," (QS, Al-Baqara ayat 127).

Allah juga berfirman: "Dan (ya Muhammad), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di Baitullah Rumah, (dengan mengatakan), "Jangan mengasosiasikan apa pun dengan-Ku dan sucikanlah Rumah-Ku bagi orang-orang yang melakukan tawaf (mengelilingi dari Ka'bah) dan orang-orang yang beribadah (sholat) dan orang-orang yang ruku dan bersujud," (QS. Al-Hajj ayat 26).

Masih ada fakta tentang Ka’bah yang belum diketahui banyak orang.

Untuk itu, kamu harus tahu sejarah Ka’bah yang sebenarnya.

Ternyata, Ka’bah bukan dibangun oleh manusia, melainkan telah dibangun dan sudah ada sebelum Nabi Adam turun ke bumi.

Hal tersebut sebagaimana surat Ali Imran 96-97.

“Bukan Nabi Adam [yang membangun Ka’bah]. Ka’bah redaksinya, buka Qur’an surah ke-3 Ali Imran ayat 96 sampai 97, itu redaksi Qur’annya, [Ka’bah] dibangunkan untuk manusia, bukan manusia yang bangun,” kata Ustaz Adi Hidayat.

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id