Pengertian dan Sejarah Baitullah
Ka'bah (كَعْبَةٌ) di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, identik dengan ibadah haji. Tanggal 10 Zulhijah atau Idul Adha, Ka'bah menjadi pusat perhatian. Berikut ini pengertian Ka'bah dan Sejarah Ka'bah.
Bagi umat Islam, posisi Ka'bah adalah arah kiblat. Karenanya, di Masjidil Haram dan sekitarnya, posisi kilbat dalam shalat berbeda-beda. Jamaah shalat bisa saling berhadapan dalam jarak jauh.
Ka’bah merupakan bangunan berbentuk persegi yang menyerupai sebuah ruangan besar dan terletak di tengah-tengah Masjidil Haram.
Pengertian Ka'bah
Secara bahasa, Ka'bah (bentuk tidak baku: Kaabah) adalah bangunan suci yang dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Ismail a.s., terletak di dalam Masjidilharam di Makkah, berbentuk kubus, dijadikan kiblat salat bagi umat Islam dan tempat tawaf pada waktu menunaikan ibadah haji dan umrah. (KBBI)
Dari bahasa Arab, كَعْبَةٌ, ka‘bah artinya "rumah berbentuk kotak", dari kata ka'aba كَعَّبَyang artinya" menjadikan kotak" atau "mengotakkan".
Ka'bah disebut juga baitullah (rumah Allah) dan baitulharam (rumah yang dimuliakan).
Bangunan Ka'bah beberapa kali disebutkan dalam Alquran dan Hadits, seperti Bait (Rumah), Bait ul Haram (Rumah Suci), Bait Ullah (Rumah Allah), Bait al-Ateeq (Rumah Tua), dan Awal ul Bait (Rumah pertama).
Sejarah Ka'bah
Nama dan sejarah Ka'bah ada dalam Al-Qur'an. Disebutkan, Ka'bah merupakan bangunan pertama di bumi yang dibangun untuk manusia. Ka'bah merupakan tempat ibadah pertama yang dibangun di muka bumi.
اِنَّ اَوَّلَ بَيْتٍ وُّضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِيْ بِبَكَّةَ مُبٰرَكًا وَّهُدًى لِّلْعٰلَمِيْنَۚ
"Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam." (QS Ali Imran:96)
Ka'bah dibangun atau direnovasi oleh Nabi Ibrahim dan anaknya, Ismail, atas perintah oleh Allah SWT.
وَاِذْ يَرْفَعُ اِبْرٰهٖمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَاِسْمٰعِيْلُۗ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. al-Baqarah [2]: 127).
Lahan bangunan Baitullah lebih tinggi dibandingkankan area di sekitarnya sehingga banjir hanya mengalir di sisi kiri dan kanannya.
Berkat Ka'bah, Makkah pun erkembang menjadi pusat peribadatan dan pusat perdagangan, serta area sekitarnya menjadi tempat tinggal yang aman.
Banyak kafilah dan pedagang yang berdatangan ke sana. orang-orang Arab dari berbagai penjuru Arab berdatangan menuju Baitullah dan melakukan thawaf di sana.
وَاِذۡ جَعَلۡنَا الۡبَيۡتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَاَمۡنًا ؕ وَاتَّخِذُوۡا مِنۡ مَّقَامِ اِبۡرٰهٖمَ مُصَلًّى ؕ وَعَهِدۡنَآ اِلٰٓى اِبۡرٰهٖمَ وَاِسۡمٰعِيۡلَ اَنۡ طَهِّرَا بَيۡتِىَ لِلطَّآٮِٕفِيۡنَ وَالۡعٰكِفِيۡنَ وَالرُّکَّعِ السُّجُوۡدِ
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) sebagai tempat berkumpul manusia dan tempat aman. Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim sebagai tempat salat. Dan telah kami perintahkan Ibrahim dan Ismail ‘Bersihkan rumah-Ku untuk orang-orang Tawaf, yang i’tikaf, ruku, dan yang sujud.'” (QS Al-Baqarah:125)
Al-Hafiz Al-Nabawi dalam Tafsir Mujahid menyatakan, penamaan Ka’bah diambil dari bentuk bangunannya yang persegi. Pada masa itu, bangsa Arab menyebut setiap rumah yang berbentuk persegi dengan Ka’bah.
Dalam satu periode tertentu sebelum kedatangan Islam, bangunan itu sempat pula digunakan umat Kristiani—kemungkinan kaum Koptik dan Kristen Etiopia—sebagai tempat pemujaan. Ini dibuktikan dengan lukisan-lukisan di dinding bagian dalam bangunan yang menggambarkan Nabi Isa (Yesus) bersama Maryam (Maria).
Ketika Nabi Muhammad dilahirkan, kubus raksasa yang dibangun Ibrahim sudah sepenuhnya dikuasai suku Quraisy penyembah berhala. Bahkan menjadi semacam “kuil besar” bagi kaum pagan di seluruh jazirah Arab.
“[Pada masa Nabi Muhammad] ada 360 berhala disusun di sekitar Kakbah, mungkin merepresentasikan jumlah hari dalam setahun,” catat Karen Armstrong dalam Islam: A Short History (2002: 10).
Bagi umat Islam, dewa-dewa terbesar suku Quraisy—Latta, Uza, dan Manat—menjadi simbol degradasi moral dan spiritual. Karena itu, ketika Nabi Muhammad dan pengikutnya berhasil menaklukkan
Makkah pada tahun 629, tiga patung dewa itu menjadi sasaran pertama untuk dihancurkan. Kenabian Muhammad sekaligus kelahiran Islam kemudian mengubah lanskap keagamaan di jazirah Arab. Hari ini kita mengenal kubus raksasa itu sebagai Ka'bah dan menjadi kiblat kaum muslim.
Dikutip dari buku 'The Great Episodes of Muhammad SAW' karya Dr Al Buthy, bangunan Ka'bah awalnya memiliki tinggi 7 hasta dengan panjang 30 hastam dan lebar mencapai 22 hasta tanpa atap. Selain itu, ada pendapat lain yang meriwayatkan tinggi Kakbah mencapai 9 hasta.
Ka'bah telah direhab sebanyak empat kali hingga dengan saat ini. Pertama saat dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Kedua dilakukan kaum Quraisy sebelum Islam dan Nabi Muhammad SAW ikut serta.
"Mereka (kaum Quraisy) meninggikan bangunan Kakbah sehingga mencapai 18 hasta, tetapi mengurangi panjangnya. Sehingga, bagian yang panjanganya sekitar 6 hasta setengah, mereka biarkan dalam area Hijir Ismail," tulis buku tersebut.
Rehab ketiga dilakukan setelah terjadi kebakaran di Ka'bah. Kala itu, pasukan di bawah kekuasaan Yazid bin Muawiyah datang dan menyerbu Mekkah. Mereka melempari ketapel raksasa dan menyebabkan dinding Ka'bah roboh dan terbakar.
Ka'bah pun dibangun kembali oleh Ibu Az-Zubair dengan menambah 6 hasta yang dulu dikurangi oleh kaum Quraisy dan tinggi 10 hasta serta dua pintu masuk dan keluar. Terakhir, pembangunan Ka'bah dilakukan setelah terbunuhnya Ibnu Az-Zubair.
Pemuka Mekkah berselisih atas pembangunan Ka'bah yang dilakukan oleh Ibnu Az-Zubair karena dinilai tidak seperti semula.
Maka dari itu, Al-Hajjaj meruntuhkan Ka'bah dan membangunnya kembali seperti sedia kala sebelum diubah oleh Ibnu Az-Zubair.
"Dengarlah wahai Amirul Mukminin, jangan sampai kau menjadikan Kakbah ini objek perminan bagi para raja sepeninggalanmu. Setiap kali mereka ingin mengubahnya pasti mereka ubah sehingga keagungan dan kewibawaannya hilang dari hati manusia," jelas Malik bin Anas.
Ka’bah merupakan pusat paling suci bagi umat Muslim. Tempat ini disebut sebagai ‘singgasana’ atau ‘rumah’ Allah di bumi yang didirikan oleh Nabi Ibrahim dan anaknya, Nabi Ismail, saat Allah memerintahkan kedua orang saleh itu untuk membangunnya.
Dalam buku Ali bin Abi Thalib karya Ali Audah dijelaskan bagaimana kisah di balik pendirian Ka’bah di masa itu. Kedatangan Nabi Ibrahim ke Makkah usai meninggalkan istrinya, Siti Hajar, bersama Ismail kecil, adalah ketika Nabi Ismail sudah dewasa.
Kala itu, Nabi Ismail sudah menikah dengan gadis keluarga Jurhum dan telah memiliki beberapa anak. Dalam kedatangannya itu, Nabi Ibrahim menyampaikan kepada anaknya tentang perintah untuk mendirikan Ka’bah dari Allah SWT.
Nabi Ismail pun ikut serta membangun Baitullah di kawasan tersebut. Mereka berdua segera bekerja keras membangunnya. Nabi Ismail mengangkut batu dan Nabi Ibrahim menyusunnya sehingga menjadi sebuah bangunan yang kukuh.
Bila bangunan itu sudah setinggi Nabi Ibrahim saat berdiri, Nabi Ismail membawa sebuah batu besar sebagai tempat untuk menopang ayahnya berdiri.
Hingga kemudian selesailah pekerjaan mereka dan kemudian terciptalah Ka’bah. Alquran menyebutnya dengan kata al-bait (rumah) atau lebih tepatnya dengan redaksi baiti (rumahku) sebagaimana yang disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 125.
Kakbah merupakan tempat suci umat Islam di seluruh dunia. Bangunan yang juga menjadi kiblat arah sholat ini ternyata memiliki sejarah yang panjang. Seperti apa kisahnya?
Kisah pembangunan Kakbah pun tertulis dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 96. Dalam surat tersebut Allah SWT berfirman, Kakbah merupakan tempat ibadah pertama yang dibangun di muka bumi.
Artinya: Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam.
Bangunan yang diberkahi ini dibangun oleh Nabi Ibrahim sesuai dengan perintah Allah SWT. Ia turut dibantu oleh sang sang anak, Nabi Ismail. Hal itu tertulis dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 127, yang berbunyi:
وَاِذْ يَرْفَعُ اِبْرٰهٖمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَاِسْمٰعِيْلُۗ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Latin: wa iż yarfa'u ibrāhīmul-qawā'ida minal-baiti wa ismā'īl, rabbanā taqabbal minnā, innaka antas-samī'ul-'alīm
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa), "Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Selepas dibangun, Allah SWT berfirman bahwa Kakbah merupakan tempat suci bagi umat Islam. Selain itu, Kakbah diperintahkan untuk menjadi tempat sholat, tawaf dan iktikaf.
Dalam Quran surat Al-Baqarah ayat 125, Allah SWT berfirman,
وَاِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَاَمْنًاۗ وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ اِبْرٰهٖمَ مُصَلًّىۗ وَعَهِدْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ اَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْعٰكِفِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ
Latin: wa iż ja'alnal-baita maṡābatal lin-nāsi wa amnā, wattakhiżụ mim maqāmi ibrāhīma muṣallā, wa 'ahidnā ilā ibrāhīma wa ismā'īla an ṭahhirā baitiya liṭ-ṭā`ifīna wal-'ākifīna war-rukka'is-sujụd
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka'bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikan lah maqam Ibrahim itu tempat sholat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, "Bersihkan lah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang iktikaf, orang yang rukuk dan orang yang sujud!"
Dikutip dari buku 'The Great Episodes of Muhammad SAW' karya Dr Al Buthy, bangunan Kakbah awalnya memiliki tinggi 7 hasta dengan panjang 30 hastam dan lebar mencapai 22 hasta tanpa atap. Selain itu, ada pendapat lain yang meriwayatkan tinggi Kakbah mencapai 9 hasta.
Sementara itu, Kakbah telah direhab sebanyak empat kali hingga dengan saat ini. Pertama saat dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Kedua dilakukan kaum Quraisy sebelum Islam dan Nabi Muhammad SAW ikut serta.
"Mereka (kaum Quraisy) meninggikan bangunan Kakbah sehingga mencapai 18 hasta, tetapi mengurangi panjangnya. Sehingga, bagian yang panjanganya sekitar 6 hasta setengah, mereka biarkan dalam area Hijir Ismail," tulis buku tersebut.
Rehab ketiga dilakukan setelah terjadi kebakaran di Kakbah. Kala itu, pasukan di bawah kekuasaan Yazid bin Muawiyah datang dan menyerbu Mekkah. Mereka melempari ketapel raksasa dan menyebabkan dindin Kakbah roboh dan terbakar.
Kakbah pun dibangun kembali oleh Ibu Az-Zubair dengan menambah 6 hasta yang dulu dikurangi oleh kaum Quraisy dan tinggi 10 hasta serta dua pintu masuk dan keluar. Terakhir, pembangunan Kakbah dilakukan setelah terbunuhnya Ibnu Az-Zubair.
Pemuka Mekkah berselisih atas pembangunan Kakbah yang dilakukan oleh Ibnu Az-Zubair karena dinilai tidak seperti semula. Maka dari itu, Al-Hajjaj meruntuhkan Kakbah dan membangunnya kembali seperti sedia kala sebelum diubah oleh Ibnu Az-Zubair.
Diriwayatkan juga bahwa Malik bin Anas radhiyallahu anhu pernah berkata kepada Harun Ar-Rasyid untuk tidak menjadikan Kakbah sebagai objek permainan. Sebab, Harun Ar-Rasyid mengaku ingin meruntuhkan dan membangun Kakbah seperti yang dilakukan Ibnu Az-Zubair.
"Dengar lah wahai Amirul Mukminin, jangan sampai kau menjadikan Kakbah ini objek perminan bagi para raja sepeninggalanmu. Setiap kali mereka ingin mengubahnya pasti mereka ubah sehingga keagungan dan kewibawaannya hilang dari hati manusia," jelas Malik bin Anas radhiyallahu anhu.
Di antara masjid bersejarah yang terdapat di Madinah Munawwarah adalah Masjid Quba`. Masjid ini merupakan masjid yang dibangun oleh Rasulullah SAW pada tahun pertama Hijriyah atau 622 M di Quba`, arah tenggara Kota Madinah. Dalam buku Sejarah Madinah Munawwarah yang ditulis Muhammad Ilyas Abdul Ghani disebutkan, ketika itu Rasulullah SAW dalam perjalanan hijrahnya dari Makkah ke Madinah. Rasulullah berhenti di rumah Kaltsum Ibnu al Hidam, seorang dari Bani Amru Ibnu Auf Ibnu Malik Ibnu al Aus. Nabi mengikatkan untanya, kemudian membangun Masjid Quba`. Ini adalah masjid pertama yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya di wilayah Madinah Munawwarah.
Dalam Alqu-r'an disebutkan bahwa Masjid Quba adalah masjid yang dibangun atas dasar taqwa. Allah memuji masjid ini dan orang yang mendirikan sembahyang di dalamnya dari kalangan penduduk Quba` dengan firman-Nya yang kurang lebih artinya:"Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad) bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih."(QS: Al Taubah: 108). Terkait Masji Quba ini, Rasulullah bersabda yang artinya kurang lebih, "Barang siapa telah bersuci (berwudlu) di rumahnya, kemudian mendatangi Masjid Quba`, lalu salat di dalamnya dua rakaat, maka baginya sama dengan pahala umrah." (Sunan Ibnu Majah, No: 1412).
Turunnya surat al Taubah juga berkenaan dengan Bani Amru Ibnu Auf. Di antara mereka adalah Abu Lubabah, orang yang sering menggantikan Rasulullah SAW dalam peperangan. Tetapi ketika itu dia disuruh mewakili membuat perjanjian dengan Yahudi Bani Quraidhah, akibat godaan Abu Lubabah berkhianat kepada Allah dan Rasulullah SAW. Ketika sadar, dia bersumpah tidak melakukan apa-apa sampai menemui ajal atau Allah memberikan taubatnya. Kemudian Abu Lubabah pergi ke masjid dan mengikat dirinya pada sebuah tiang selama 9 hari sampai jatuh pingsan.
Kemudian Allah menurunkan taubat-Nya. Kemudian tutunlah ayat yang artinya kurang lebih sebagai berikut, Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanta-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.(QS. Al Anfal: 8:27). Kalau ke Masjid Quba` jangan salah masuk. Oleh karena itu, saat akan memasuki bagian dalam masjid, sebaiknya memperhatikan petunjuk di dinding luar masjid. Itu adalah penunjuk pintu masuk yang dikhususkan bagi jamaah laki-laki atau perempuan. Akan terpampang pada sebuah plakat yang ditempelkan ke dinding pintu masuk untuk jamaah laki-laki maupun perempuan. Dari data yang berhasil saya peroleh, masjid ini memiliki 19 pintu. Dari 19 pintu itu terdapat tiga pintu utama dan 16 pintu.
Tiga pintu utama berdaun pintu besar dan ini menjadi tempat masuk para jamaah ke dalam masjid. Dua pintu diperuntukkan untuk masuk para jamaah laki-laki sedangkan satu pintu lainnya sebagai pintu masuk jamaah perempuan. Di seberang ruang utama masjid, terdapat ruangan yang dijadikan tempat belajar mengajar. Masjid yang jaraknya sekitar 2,3 km dari Masjid Nabawi ini telah beberapa kali mengalami renovasi. Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah orang pertama yang membangun menara masjid ini. Masjid Quba ini telah direnovasi kembali dan diperluas pada masa Raja Fahd ibn Abdul Aziz pada tahun 1406 H/1986 M. Renovasi dan peluasan ini menelan biaya sebesar 90 juta riyal yang membuat masjid ini memiliki daya tampung hingga 20 ribu jamaah. Alhamdulillah, dalam ziarah itu, saya bisa salat sunat dua rakaat di Masjid Quba. Semoga adapat pahala umrah seperti yang disabdakan Rasulullah. Tak lama saya dan kawan-kawan di masjid ini, karena harus melanjutkan perjalanan ke Makkah.