Manasik Haji

Kategori : Manasik Umroh dan Haji, Kemenag, Ditulis pada : 19 Oktober 2022, 10:57:04

Manasik haji adalah sebuah praktik pelaksanaan ibadah haji sesuai dengan rukun-rukunnya. Dalam kegiatan ini, calon jemaah haji akan dilatih tentang tata cara pelaksanaan haji yang akan ditunaikan. Mulai dari rukun, persyaratan, wajib, sunnah haji maupun hal-hal yang dilarang selama pelaksanaan haji.

Dijelaskan dalam buku Panduan Pintar Haji & Umrah terbitan Qultum Media, umumnya manasik dilakukan 8-12 minggu sebelum keberangkatan, dan biasanya dipandu oleh ustad, ustadzah, dan muthowif (pemandu). Pelaksanaan manasik bertujuan membantu calon jemaah memahami tata cara dan alur ibadah haji sebelum melakukan haji sebenarnya.

Selain itu, para jemaah juga akan mempelajari budaya, bahasa, dan kondisi alam di Arab Saudi. Dengan begitu, kecil kemungkinan ibadah haji yang dilakukannya akan rusak atau batal, sehingga tidak perlu lagi mengulangi di musim haji berikutnya. Karenanya, sangat dianjurkan sekali bagi calon jemaah untuk mengikuti manasik haji.

Untuk menambah ilmu, berikut ini adalah tata cara pelaksanaan haji agar dapat melaksanakan rukun Islam ke-5 tersebut dengan baik sesuai ajaran Rasulullah SAW sehingga meraih haji yang mabrur.

Tata Cara Pelaksanaan Ibadah Haji
Merangkum buku Fikih Madrasah Tsanawiyah karangan H. Ahmad Ahyar dan Ahmad Najbullah, tata cara pelaksanaan ibadah haji meliputi rukun dan wajib haji. Adapun tata cara pelaksanaan ibadah haji adalah sebagai berikut:

1. Ihram dan Miqat
Ihram dan miqat adalah batas waktu dan tempat dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Miqat sendiri dibagi menjadi dua, yaitu miqat zamani (batas waktu) dan miqat makani (batas tempat).

Batas waktu pelaksanaan ibadah haji adalah pada bulan Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijjah. Adapun batas tempat untuk memulai ibadah haji terletak di beberapa kota dan tergantung dari arah kedatangan jemaah haji.

Sedangkan ihram adalah berniat untuk mengerjakan ibadah haji dengan memakai pakaian ihram dan meninggalkan semua yang dilarang atau diharamkan dalam pelaksanaan ibadah haji. Sebelum memakai ihram, jemaah dianjurkan untuk memotong rambut, kuku, mandi sunnah ihram, berwudhu, dan lain sebagainya.

2. Wukuf di Padang Arafah
Wukuf adalah hadir atau berkumpul di Padang Arafah hanya beberapa saat dan sifatnya wajib bagi jemaah haji. Pelaksanaan wukuf dimulai sejak tergelincir matahari (setelah Dzuhur) pada tanggal 9 Zulhijjah sampai menjelang waktu Subuh pada tanggal 10 Zulhijjah.

Wukuf diawali dengan mendengarkan khutbah wukuf oleh imam yang ditunjuk, kemudian mengerjakan shalat dzuhur dan ashar yang dijamak takdim dan qasar. Selama menunggu masuk waktu wukuf, jemaah haji dianjurkan untuk banyak berdzikir kepada Allah dengan membaca takbir, tahmid, dan istighfar.

3. Menginap atau Mabit di Muzdalifah
Muzdalifah adalah sebuah tempat yang terletak antara Arafah dan Mina. Setalah tengah malam, jemaah haji berangkat dari Arafah menuju Mina. Sesampainya di Muzdalifah, jemaah haji berhenti walaupun sebentar. Amalan ini disebut mabit.

Bagi jemaah haji yang datang sebelum tengah malam, diwajibkan menunggu sampai tengah malam sebab waktu pelaksanaan mabit adalah dari tengah malam sampai terbit fajar. Ketika di muzdalifah, para jemaah haji mengerjakan beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

a. Membaca talbiyah

b. Berdzikir, beristighfar, dan berdoa

c. Membaca Alquran

d. Mencari kerikil sebanyak 7 butir

Kerikil yang digunakan untuk melempar jumrah dapat diambil di mana saja, tetapi disunnahkan mengambilnya di Muzdalifah. Selain itu, jemaah haji yang tidak melakukan mabit di Muzdalifah harus membayar dam sesuai dengan ketentuan.

4. Melontar Jumrah Aqabah
Jumrah aqabah adalah sebuah tugu batu yang terletak di Bukit Aqabah di Mina. Melontar jumrah aqabah dilakukan setelah fajar menyingsing atau siang hari pada tanggal 10 Zulhijah dengan menggunakan kerikil sebanyak 7 butir. Setelah melontar jumrah aqabah, jamaah haji melaksanakan penyembelihan hewan kurban.

5. Thawaf Ifadhah
Bagi jemaah haji yang akan melakukan tawaf ifadah pada hari itu juga (10 Zulhijjah) dapat langsung pergi ke Mekkah untuk melakukan tawaf. Jemaah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali dimulai dari arah yang sejajar dengan Hajar Aswad dan berakhir di sana pula.

6. Sa’i
Sa’i adalah berlari-lari kecil antara Bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Pelaksanaan sa'i dilakukan dari Safa ke Marwah atau sebaliknya. Sa’i yang dilakukan dari Marwah ke Safa dihitung satu kali dan diakhiri di Marwah.

7. Tahallul
Tahallul ialah keadaan seseorang yang telah dihalalkan (dibolehkan) untuk melakukan perbuatan yang sebelumnya dilarang selama berihram. Tahallul dilakukan dengan cara mencukur atau menggunting rambut paling sedikit tiga helai rambut.

8. Menginap atau Mabit di Mina
Apabila telah mengerjakan tahallul kedua, jemaah haji kembali menuju Mina untuk mabit selama hari tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijjah. Jika matahari telah tergelincir, setiap hari jemaah haji melontar tiga jumrah sebanyak tujuh kali. Tiga jumrah tersebut adalah ula, wusta, dan aqabah.

Jemaah boleh meninggalkan Mina pada tanggal 12 Zulhijjah setelah melempar jumrah. Hal ini disebut dengan nafar awwal. Bagi jemaah yang meninggalkan Mina pada 13 Zulhijah, itu lebih sempurna.

Haji adalah berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk melakukan amalan-amalan ibadah. Adapun tata caranya yakni, memakai pakaian ihram, niat ihram, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, melempar jumrah, thawaf di Ka’bah, sa’i, dan tahallul.

Hukum Ibadah Haji
Ibadah haji adalah wajib bagi umat Islam yang telah memenuhi syarat. Ibadah haji diwajibkan hanya sekali seumur hidup. Hukum haji kedua dan seterusnya adalah sunnah. Tapi, bagi mereka yang bernadzar haji, hukum haji itu menjadi wajib akibat nadzar.

Pelaksanaan Ibadah Haji
Ibadah haji dilaksanakan pada bulan haji (Dzulhijjah), tepatnya ketika waktu wukuf di Arafah tiba (9 Dzulhijjah), hari Nah{r (10 Dzulhijjah), dan harihari Tasyriq (11, 12, dan 13 Dzulhijjah). Rangkaian ibadah haji itu sudah dimulai sejak bulan Syawwal, Dzulqa'dah dan Dzulhijjah.

Dalam Alquran, Surat Ali Imran ayat 97, Allah SWT berfirman:

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبارَكاً وَهُدىً لِلْعالَمِينَ (96) فِيهِ آياتٌ بَيِّناتٌ مَقامُ إِبْراهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كانَ آمِناً وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعالَمِينَ (97)

Artinya: Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat ibadah) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali Imran ayat 97)

Berikut tata cara lengkap manasik haji, urutan, dan bacaan:

1. Memakai Pakaian Ihram

Pakaian ihram bagi laki-laki berupa dua lembar kain lebar untuk menutupi pundak dan bagian bawah panggul seperti layaknya sarung. Laki-laki dilarang mengenakan pakaian yang membentuk lekuk tubuh, termasuk pakian dalam.

2. Niat Ihram Haji

Pelaksanaan ihram paling lambat tanggal 9 Zulhijjah pada miqat yang telah di tentukan. Hal yang dianjurkan yang termasuk sunnah haji sebelum berihram adalah mandi, berwudu, memakai pakaian ihram, dan memakai wangi-wangian terlebih dahulu. Kemudian berniat dalam hati. Niat tersebut diniatkan ketika memulai ihram.

Bacaan Niat Ihram:

نَوَيْتُ الْحَجَّ والعُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهاَ لِلهِ تَعَالَى

Latin: Nawaitul hajja wal ‘umrata wa ahramtu bihi lillahi ta’ala

Artinya; Aku niat melaksanakan haji sekaligus umrah dan berihram karena Allah Swt.

3. Membaca Talbiyah

Orang yang telah ihram disunahkan selalu memperbarui dan mengulang-ulang talbiyah dalam setiap langkah selama perjalanan ke Baitul Haram, saat jalan melandai, menanjak atau selama dalam kendaraan. Terutama ketika mulai berdesakan dan berkumpul di antara lautan orang-orang yang melaksanakan ihram.

Talbiyah adalah bacaan yang disunnahkan ketika seseorang yang telah niat haji dan umrah, hukum membaca talbiyah adalah sunah muakkad. Berikut bacaan talbiyah:

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَاشَرِيْكَ لَكَ

Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarikalaka labbaik, innal hamda wan ni’mata laka wal mula la syarika lak.

Artinya; Aku datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang memnuhi panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu, aku datang memnuhi panggilan-Mu, sungguh segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.

4. Wukuf di Padang Arafah

Berkumpul di Padang Arafah beberapa saat yang di nilai dari tergelincirnya matahari pada tanggal 9 Zulhijjah hingga menjelang fajar tanggal 10 Zulhijjah. Wukuf dapat dilakukan dimana saja asal masih di tanah Arafah.

Selama menunggu waktu masuk wukuf, jamaah haji hendaknya banyak zikir kepada Allah dengan membaca takbir, tahmid, istighfar dan bacaan-bacaan lain sampai masuk waktu wukuf. Saat-saat waktu wukuf inilah merupakan inti dan kunci ibadah haji.

Saat wukuf jamaah haji dianjurkan banyak membaca doa berikut:

” اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَالَّذِي نَقُولُ وَخَيْرًا مِمَّا نَقُولُ ، اللَّهُمَّ لَكَ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي وَإِلَيْكَ مَآبِي وَلَكَ رَبِّ تُرَاثِي ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَوَسْوَسَةِ الصَّدْرِ وَشَتَاتِ الْأَمْرِ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَجِيءُ بِهِ الرِّيحُ “

Latin: Allahumma lakal hamdu kalladzi naqulu wa khairom mimma naqulu, allahumma sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati wa ilaika ma-abi wa laka rabbi turatsi, allahumma inni a’uzu bika min ‘azabil qobri wa waswasatis shodri wa syatatil amri, allahumma inni a’uzu bika min syarrima taji-u bihir rihu.

Artinya: Ya Allah, bagi Mu pujian seperti yang kami ucapkan, dan lebih baik dari apa yang kami ucapkan. Ya Allah, untuk-Mu salatku, ibadah hajiku, untuk-Mu kehidupanku dan kematianku dan kepada-Mu kami akan kembali, untuk-Mu kami tunjukkan ibadahku. Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari siksa neraka, dari hati yang ragu dan dari tercerai berainya urusan. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari yang terburuk yang didatangkan oleh angin.’

5. Mabit di Mudzalifah

Mabit di Muzdalifah berarti bermalam atau berhenti sejenak di Muzdalifah setelah melaksanakan wukuf di Padang Arafah. Sambil Bagi yang belum melaksanakan shalat Maghrib dan Isya‟ dapat melaksanakannya dengan cara jamak ta‟khir qashar, yaitu Maghrib tiga rakaat dan Isya‟ dua rakaat.

Di Mudzalifah jamaah haji juga mengambil batu kerikil empat puluh sembilan butir atau tujuh puluh butir untuk melempar jumrah di Mina nantinya. Di Muzdalifah jamaah haji melakukan mabit minimal sampai telah melewati waktu tengah malam. Namun yang lebih utama, mabit dilakukan sampai selesai shalat Shubuh. Setelah itu jamaah menuju Mina sambil membaca taibiyah dan berzikir.

6. Melontar jumrah Aqabah

Setibanya di Mina setelah meletakkan barang bawaan di tenda, jamaah bersiap-siap melontar jumrah Aqabah pada tanggal 10 Zulhijjah dengan tujuh batu kerikil, dan setiap lemparan disertai dengan bacaan:

بِسمِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ

Bismillahi Allahu Akbar

Artinya: Dengan nama Allah dan Allah yang Mahabesar

Waktu melontar jumrah biasanya sudah diatur oleh pemerintah Arab Saudi agar tidak berdesak-desakan.

7. Tahallul awal (Tahallul Awwal)

Setelah melontar jumrah Aqabah, kemudian dilanjutkan dengan tahallul awal dengan cara mencukur atau menggunting rambut sekurang-kurangnya tiga helai. Dengan dilakukannya tahallul awal ini berarti kita boleh memakai pakaian biasa dan melakukan semua perbuatan yang dilarang selama ihram, kecuali bersetubuh atau jimak (melakukan hubungan suami istri).

Bacaan doa tahalul:

اللَّهُمَّ اجْعَلْ لِكُلِّ شَعْرٍ نْورًا يَوْمَ القِيَامَةِ

Allahummaj’al likuli sya’ratin nuuran yaumal qiyaamati

Artinya; Ya Allah, jadikanlah cahaya untuk setiap helai rambut yang aku potong ini pada hari kiamat nanti.

8. Thawaf Ifadhah

Bagi jamaah haji yang akan melakukan tawaf ifadhah pada hari itu juga (10 Zulhijjah) dapat langsung pergi ke Makkah untuk melakukan tawaf, yaitu mengelilingi Kakbah sebanyak tujuh kali dimulai dari arah yang sejajar dengan Hajar Aswad dan berakhir di sana pula.

Bacaan doa thawaf:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ اللهُ أَكْبَرُ. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. اللَّهُمَّ إِيْمَانًا بِكَ وَتَصَدِّيْقًا بِكِتَابِكَ وَوَفَاءاً بِعهدك وَاتِّبَاعًا لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْئَلُكَ الْعَفْوَى وَالْعَافِيَةَ الدَّائِمَةَ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْأَخِرَةَ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةِ مِنَ النَّارِ

Subahaanallaahi walhamdulillaahi wa laa ilaaha illallaahu allahu akbar. wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiimi. Wash shalaatu wassalaamu’alaa rasuulillaaahi shallallaahu ‘alaihi wa sallama. Allahumma iimaanan bika wa tashdiqan bikitaabika wa wafaa’an bi’aadhika wattibaa’an li sunnati nabiyyika muhammadin shallaahu ‘alaihi wa sallama. Allahumma inni as’alukal ‘afwa wal ‘aafiya wal mu’aafatan daaimata fid diini wad dunyaa wal aakhirati wal fauza bil jannati wannajaata minannaari.

Artinya; Maha suci Allah, segala bentuk pujian hanya pantas disanjungkan kepada-Nya, sebab tiada Tuhan selain Allah, Dzat Yang Maha Besar. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali berasal dari sisi-Nya yang Maha Mulia lagi Maha Agung. Shalawat serta salam semoga senantiasa tertuju kepada Rasulullah, sebagaimana Allah selalu mencurahkan shalawat dan salam kepada beliau. Ya Allah, aku melakukan tawaf ini hanya karena beriman kepada-Mu, membenarkan kitab-Mu, dan memenuhi janjiku pada-Mu, serta mengikuti sunnah Nabi-Mu Muhammad Saw. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ampunan kepada-Mu, kesehatan, danperlindungan yang kekal dalam menjalankan aturan agama, baik urusan dunia maupun akhiratku, juga untuk beroleh kenikmatan surga dan terhindar dari azab neraka.

9. Sa’i

Setelah melakukan tawaf ifadah, dilanjutkan melakukan sa'i yaitu berjalan dari bukit Safa ke bukit Marwa dan kembali lagi kebukit Safa sebanyak tujuh kali, sebelum memulai sa'i kita dihadapkan badan ke arah Ka'bah.

Sebelum memulai Sa'i dianjurkan mengucapkan doa berikut:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرّحِيمِ أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ وَرَسُولِهِ

Bismillahir rahmaanir rahiim, abda’u bimaa bada’allahu bihi wa rasuulihi

Artinya; Dengan nama ALlah yang Maha Pengasih dan Penyayang, aku mulai dengan apa yang telah dimulai oleh Allah dan Rasul-Nya.

Kemudian ketika mengerjakan sa’i dianjurkan membaca doa berikut ini sambil lari-lari kecil antara bukit shafa dan marwah

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، كَبِيرًا وَالحَمْدُ لَِّلهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Allaahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, kabiiran walhamdulillaahi katsiiran wa subhanallaahi bukratan wa ashiilaa

Artinya; Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Maka besar Allah segala puji bagi-Nya, Maha Suci Allah baik saat pagi maupun petang.

10. Tahallul kedua (Tahallul Tsaani)

Setelah melakukan sa‟i, kemudian dilanjutkan dengan tahallul kedua (tahallul tsaani). Dengan tahallul ini, berarti seseorang telah melakukan tiga perbuatan yakni melontar jumrah aqabah, tawaf ifadhah dan sa‟i. Dan dengan demikian bagi suami istri terbebas dari larangan untuk hubungan suami istri.

10. Mabit di Mina

Setelah tiba di Mina, jamaah haji bermalam di sana selama tiga malam. Jamaah berada di Mina sejak tanggal 10 sampai tanggal 12 atau 13 Zulhijjah. Pada tanggal 10 Zulhijjah para jamaah melempar jumrah Aqabah.

Sedangkan pada tanggal 11 Zulhijjah barulah mereka melontar tiga jumrah, yaitu Ula, Wusta dan Aqabah masing-masing tujuh kali dengan menggunakan batu kerikil.

Hal yang sama dilakukan pada tanggal 12 dan 13 Zulhijjah. Namun ada juga para jamaah yang melontar ketiga jumrah hanya sampai pada tanggal 12 Zulhijjah sore harinya dan kemudian mereka meninggalkan Mina menuju Makkah. Hal ini disebut nafar awwal. Sedangkan para jamaah yang melakukan pelontaran jumrah sampai tanggal 13 Zulhijjah sore harinya, mereka disebut nafar tsaani.

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id