Sejarah Masjid Raya Islamic Center
Sejarah Masjid Raya Islamic Center, Dulunya Lokalisasi Kramat Tunggak
Berdasarkan informasi Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencara Daerah (BPBD) DKI Jakarta, api mulai melahap bangunan atas masjid pada pukul 15.24 WIB. Untuk penanganan awal, BPBD Jakarta mengerahkan 20 unit Damkar, 1 Unit TRC BPBD, 1 Unit PLN Posko Marunda, 1 Unit PMI, 1 Unit AGD Dinkes, 1 Unit Dishub, 1 Unit Satpol PP, Personil PSKB/Tagana Dinsos, Personil Polsek, dan personel Koramil. Masjid Raya Islamic Center merupakan bagian dari lembaga pengkajian dan pengembangan Islam di Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Islamic Center (JIC). Bangunan tersebut terletak di Jalan Kramat Jaya, Koja, Jakarta Utara.
Sebelum menjadi tempat pengembangan budaya Islam, wilayah ini dahulu dikenal sebagai lokalisasi Kramat Tunggak (Kramtung). Tak hanya terkenal di Indonesia, pada masa lalu Kramtung sebagai prostitusi terbesar se-Asia Tenggara. Lokalisasi yang tumbuh dan berkembang pesat tersebut akhirnya berujung pada desakan dari ulama maupun masyarakat sekitar agar lokasi tersebut ditutup. Terlebih, lokasi prostitusi itu berbeda di lingkungan masyarakat Betawi yang erat dengan komunitas-komunitas Islam.
Melansir dari laman Islamic Center, desakan yang muncul dari berbagai elemen masyarakat ini akhirnya mengharuskan Dinas Sosial DKI Jakarta untuk melakukan penelitian tentang sejauh mana penolakan masyarakat terhadap keberadaan Panti Sosial Karya Wanita (PKSW) Teratai Harapan Kramat Tunggak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dinsos Jakarta bersama dengan Universitas Indonesia (UI), pada 1997 dihasilkan rekomendasi akhir agar lokasi tersebut segera ditutup.
Penutupan Panti Sosial Satu tahun kemudian, atas rekomendasi tersebut, Sutiyoso yang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta kala itu, mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur DKI Jakarta No.495/1998 tentang Penutupan Panti Sosial Selambat-lambatnya Akhir Desember 1999. Tepat pada 31 Desember 1999, lokasi tersebut resmi ditutup dan dilanjutkan dengan pembebasan lahan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Adapun, ide untuk mengubah bekas kawasan prostitusi menjadi pusat pengkajian dan pengembangan Islam di Jakarta ini juga berasal dari Sutiyoso. Pada tahun 2001, Sutiyoso membentuk Forum Curah Gagasan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat Jakarta. Forum ini dibentuk untuk mengetahui sejauh mana dukungan masyarakat terhadap perubahan yang dicanangkan Sutiyoso. Melalui forum tersebut, Sutiyoso mendapat dukungan dari masyarakat Jakarta.
Berkat dukungan itu, Sutiyoso kemudian menyampaikan ide pembangunan tersebut kepada Azzumardi Azrea yang kala itu menjabat sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah. Gagasan itu disampaikan Sutiyoso ketika keduanya tengah mengunjungi Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat (AS). Setelah melakukan berbagai konsultasi dengan masyarakat, ulama, praktisi lokal, regional, hingga internasional, pembangunan Masjid Raya Jakarta Islamic Center mulai berjalan pada 2001. Pembangunan memakan biaya yang cukup besar, yakni sebesar Rp700 miliar untuk mendirikan masjid, gedung sosial budaya, serta rangkaian bangunan wisma. Setelah digunakan pertama kali sebagai tempat salat jumat berjamaah pada 2002, Masjid Raya Islamic Center diresmikan oleh Sutiyoso pada 4 Maret 2003. Tak hanya menjadi sebuah bangunan masjid, berdasarkan SK Gubernur DKI No.99/2003, Pemerintah kemudian juga memberikan arahan untuk adanya pembentukan organisasi dan tata kerja badan pengelola pusat pengkajian dan pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Center). Selanjutnya pada tahun April 2004, Badan Pengelola Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamci Centre) diangkat/dilantik melalui SK Gubernur KDKI Jakarta No. 651/2004.
Kubah Masjid Raya Islamic Center di Jakarta Utara Terbakar
Menurut informasi, Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta, kebakaran terjadi sekitar pukul 15:24 WIB. Adapun proses pemadaman dilakukan sekitar pukul 15.32 WIB. “Dalam proses penanganan pemadaman oleh 20 Unit Damkar, 1 Unit TRC BPBD, 1 Unit PLN Posko Marunda, 1 Unit PMI, 1 Unit AGD Dinkes, 1 Unit Dishub, 1 Unit Satpol PP, Personil PSKB/Tagana Dinsos, Personil Polsek, dan perseonel Koramil,” tulis Pusdatin Kebencanaan BPBD Provinsi DKI dikutip Rabu (19/10/2022). Masih belum diketahui pasti soal penyebab kebakaran, korban, hingga kerugian yang ditimbulkan akibat kejadian tersebut. Dia mengatakan, bahwa empat orang saksi yang merupakan pekerja dari PT. Dwi Agung Sentosa Pratama awalnya tengah melakukan renovasi atap Kubah Masjid Islamic Center. Mereka melelehkan membran (aspal gulung) untuk menempelkan bahan atap menggunakan alat bakar. Adapun diduga percikan alat bakar mengenai glasbul hingga timbul api. “Kemudian saksi berupaya memadamkan api dengan menggunakan apar namun api semakin membesar dan akhirnya Kubah Masjid Islamic keseluruhan terbakar,"
Kata Slamet berdasarkan keterangannya dikutip Rabu (19/10/2022). Dilansir dari kabar2
Islamic Center Suatu Keharusan Untuk Pembinaan Umat
Menteri Agama Maftuh Basyuni mengemukakan, Islamic Centre atau Pusat Pengkajian dan Pembinaan Islam merupakan suatu keharusan untuk melakukan pembinaan umat yang sifatnya menyeluruh. "Islamic Centre merupakan suatu keharusan dan mesti menjadi perhatian setiap muslim yang peduli terhadap pembinaan umat melalui tarbiyah (pendidikan) dan ukhuwah (persaudaraan) serta dilandasi dengan semangat hijrah untuk aktualisasi perbaikan diri," kata Menag dalam acara pembukaan Semiloka Prototipe Islamic Centre di Jakarta, Kamis.
Menag menuturkan, Islamic Centre bermanfaat dalam melakukan perubahan yang sifatnya mendasar dan menyeluruh bagi umat dari pengabdian kepada materi menjadi pengabdian kepada Illahi.Selain itu, lanjutnya, Islamic Centre juga berguna agar sikap egosi atau mementingkan diri yang terdapat dalam diri setiap muslim dapat berlaih menjadi rasa empati dan peduli terhadap orang lain dan keadaan di sekitarnya.Untuk itu, Maftuh mengimbau agar segala macam program yang dijalankan untuk mengembangkan suatu Islamic Centre harus memperhatikan sejumlah hal seperti kearifan lokal yang terdapat di daerah itu.
"Tradisi dan etika ulama setempat merupakan modal dasar yang dapat mengembangkan keunggulan di dalam sebuah masyarakat," katanya. Menag juga mengatakan agar pengelola Islamic Center memperhatikan dengan sungguh-sungguh tenaga SDM terutama dalam hal jumlah dan komitmen mereka.Selain itu, ujar dia, pengelola juga harus mengembangkan strategi manajemen yang strategis dan bersifat komprehensif agar Islamic Centre dapat terbina dengan baik dan benar."Para pengelola Islamic Centre rasanya layak belajar dari berbagai pesantren di daerah yang masih bisa ’survive’ karena pengelola pesantren tersebut memiliki komitmen dan integritas yang tinggi terhadap pesantren yang dikelolanya," kata Maftuh. Hadir pula dalam acara tersebut antara lain Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Umar Shihab, Kepala Badan Pengelola Jakarta Islamic Centre dr Djailani, dan Kepala Kantor Mesjid Agung Al Azhar Amliwazir Saidi. (ant/ts)
MASJID SEBAGAI PUSAT PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
Sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat dilepaskan dengan fenomena masjid di zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di Madinah yang dijadikan tempat untuk mengkaji, memahami dan menghafal al Quran dan al- Hadis yang di imani sebagai sumber ilmu pengetahuan tetinggi yang dibimbing langsung oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri. Dari masjid inilah terbentuk masyarakat muslim yang berilmu yang dinamakan ahl al’ilm yang menyebarkan ajaran Islam ke penjuru dunia maka lahirlah embrio ilmu pengetahuan Islam.
PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS MASJID
Kondisi internal warga Kota Bekasi mayoritas beragama Islam membutuhkan sarana ibadah yang memadai, baik sebagai tempat ibadah, pembinaan umat, tempat pelayanan dan informasi serta wadah pemersatu umat Islam. Yayasan Nurul Islam Islamic Center Kota Bekasi berdiri pada tahun 1993, salah satu pendiriannya, yaitu KH Noer Ali seorang pejuang Bekasi. Selama 27 tahun perkembangan Masjid Nurul Islam Islamic Centre Kota Bekasi sebagai tempat berkumpul umat Muslim sangat pesat. Saat ini Islamic Center sedang dirancang untuk dibangun dengan konsep menarik. Masjid seluas sekitar 2.400 meter persegi tersebut memiliki fasilitas perpustakaan, gedung konvensional KH Noer Ali, bank syariah, travel umroh, badanbadan keislaman dalam satu gedung. Dan juga mengembangkan sekolah madrasah dan bekerja sama dengan investor dalam mengembangkan hotel berbasis syariah serta mengembangkan pelaku UMKM untuk kemajuan perekonomian umat.
Setiap kegiatan pengembangan masyarakat yaitu meletakkan masyarakat sebagai subyek pembangunan dengan mengedepankan potensi dan sumberdaya yang dimilikinya mengarah pada pembangunan yang merata dan berkeadilan. Istilah ini disebut sebagai people-centered development sebagai suatu pendekatan pembangunan yang memandang inisiatif kreatif dari rakyat sebagai sumberdaya pembangunan yang utama dan memandang kesejahteraan material dan spiritual mereka sebagai tujuan yang ingin dicapai oleh proses pembangunan. Sehingga dalam memahami pengembangan sebagai aktivitas yang meletakkan proses yang tidak menafikan hasil, sebagai basis pelaksanaan program, serta tidak bisa dipisahkan dari peran pendampingan kepada kelompok sasaran.
13 Sejalan dari konsep tersebut Masjid Nurul Islam Islamic Center Kota Bekasi melakukan pengembangan serta pembangunan melalui program-progam dalam berbagai bidang seputar kemasyarakatan. Pengembangan dan Pembangunan Masjid Nurul Islam Islamic Center Kota Bekasi tidak lepas dari tujuan atau Visi Misi Islamic Center Kota Bekasi. Adapun Visinya yakni Wihdah, Ukhuwah dan Syiar. Visi tersebut dituangkan menjadi 6 misi, diantaranya:
1. Mengupayakan pengamalan ajaran Islam dalam segala bentuk kegiatan.
2. Bertekad menjadi Uswatun Hasanah didalam menciptakan Ukhuwah Islamiyah.
3. Berupaya menghindari hal-hal yang bersifat khilafiyah Furu’iyah dikalangan Umat Islam.
4. Bahu membahu sesama saudara seiman untuk mencapai kejayaan Islam dan Umatnya.
5. Mewujudkan terciptanya persatuan dan kesatuan umat Islam dan sesama umat beragama lainnya.
6. Menempatkan diri sebagai penggerak dan fasilitator kegiatan-kegiatan ke Islaman.
PENGELOLAAN MASJID
Pengelolaan masjid baik di pedesaan maupun di perkotaan menjadi polemik yang berkepanjangan, karena salah satu kelemahan yang sempat dirasakan dan paling menonjol dalam pembinaan masjid adalah kurangnya manjemen pengelolaan masjid yang aktif. Perencanaan merupakan salah satu fungsi-fungsi manajemen yang terkadang sering terlupakan oleh pengurus masjid yang diikuti dengan kurangnya pengalaman pengurus serta kesadaran berorganisasi karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan masalah pengurus masjid.
BENTUK PENGEMBANGAN MASJID MENURUT RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM
PENGEMBANGAN ASPEK SPIRITUAL
Pengembangan aspek spiritual sudah diawali ketika di Makkah dan Rasulullah berhasil membentuk komunitas kecil kaum muslimin yang selanjutnya menjadi pionirpionir pejuang dakwah di Madinah bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Ketika terjadi tekanan dari kaum Quraisy dan posisi kaum muslimin sangat sulit untuk menjalankan ibadahnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memilih hijrah ke Madinah. Kegiatan hijrah Nabi ke Madinah diawali oleh para sahabat. Ada yang hijrah sebelum Ba’iat kubra, namun sebahagian besar setelah Ba’iat ‘Aqabah kedua. Sementara Rasulullah baru menyusul setelah sekitar dua bulan setelah Bai’at. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam meninggalkan rumahnya pada malam hari tanggal 27 Shafar tahun 14 kenabian. Dengan ditemani Abu Bakar, beliau berhasil mengecoh kaum Quraisy yang telah seharian mengepung rumahnya. Dengan menempuh jalan yang tidak biasanya, Rasulullah berhasil lolos meninggalkan kejaran musuh dan singgah di Gua Gunung Tsaur. Setelah tiga malam berada di Gua Tsaur, dengan dipandu seorang penunjuk jalan yaitu Abdullah bin Uraiqith, Rasulullah saw. melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib. Setelah sekitar tujuh bulan Nabi saw.
menetap di rumah seorang Bani an-Najar yang bernama Abu Ayub , di lokasi itu pula tepatnya di depan rumah Abu Ayub Rasulullah membeli sebidang tanah milik dua orang yatim (Sahl dan Suhail) yang selanjutnya digunakan pembangunan masjid yang dikenal dengan Masjid Nabawi. Selanjutnya setelah selesai dibangun masjid dan di sisi masjid dibangun tempat tinggal Nabi dengan sangat sederhana. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam turun langsung dalam pembangunan masjid, memindahkan bata dan bebatuan yang diikuti oleh para sahabat dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membangun Masjid Nabawi dan dikumandangkanya seruan adzan oleh Bilal bin Rabbah di setiap waktu shalat, kaum muslimin menemukan ketenangan dan kebebasan dalam menjalankan ibadah yang selama sepuluh tahun tidak didapatkannya di Makkah. Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, bahwa Masjid Nurul Islam Islamic Center Kota Bekasi merupakan tempat dan pusatnya Peribadatan umat muslim, dimana Masyarakat bisa melakukan Ibadah kapan saja di Masjid tanpa adanya batasan waktu.
PENGEMBANGAN ASPEK SOSIAL
Masjid Nabawi yang dibangun sebagai pusat ibadah dan aktivitas kaum muslimin, telah mampu menghapus seluruh sikap sosial yang lemah pada masyarakat Arab (fanatisme suku, konflik berkepanjangan, dsb). Rasulullah memerintahkan, mengajari dan membimbing dalam mensucikan jiwa kaum Muslimin. Beberapa upaya yang dilakukan Nabi dalam membangun sikap sosial masyarakat Islam, antara lain: a) Dengan pengalaman ruhani di dalam masjid, seperti shalat berjama’ah, b) Melalui pendidikan di masjid Nabawi dan tauladan Rasulullah yang secara terus-menerus ditanamkannya. Seperti penyampaian ayat-ayat al-Qur’an dan hadis tentang persamaan dan kesetaraan manusia dalam Islam, disebutkan dalam Qs. Al- Hujurat: 13 tentang pentingnya persaudaraan, serta keharusan bekerja sama antara laki-laki dan perempuan dalam menyerukan dan menegakkan kebaikan.
Pendidikan akhlak yang diberikan Rasulullah bersifat integral, tidak hanya nashihat lisan, tetapi tauladan dari sifat dan perilaku beliau sangat mulia sesuai dengan alQur’an, Nabi melakukan penguatan persaudaran diantara dua kelompok muslim. dengan “bentuk mempersaudarakan” antara kelompok Muhajirin dan Anshar. Fenomena ini memberikan pengaruh spiritual yang amat besar yang dapat dirasakan dalam kelompok masyarakat Madinah pada waktu itu, d) Dalam setiap kesempatan Nabi memberikan perlakuan dan kesempatan yang sama kepada seluruh Muslim baik Anshar maupun Muhajirin. Seperti memberi kesempatan mengumandangkan adzan pada Bilal yang sebelumnya ia seorang budak hitam. Dalam setiap kumpulan musyawarah, Rasulullah meminta suara yang sama kepada kalangan Anshar dan Muhajirin. Demikian juga dalam komando jihad, pemegang bendera Islam serta pejuang yang diminta maju untuk berduel menghadapi musuh Quraisy.
PENGEMBANGAN ASPEK PENDIDIKAN
Nabi melakukan pemberdayaan pada aspek pendidikan. Dimulai di Makkah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyeru kepada kaum Quraisy, mengajarkan dan membimbing kaum muslimin dengan kandungan al Qur’an secara dialogis. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menginginkan Islam diterima dengan keyakinan dan kesadaran yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan dan keimanan. Ketika di Makkah komunitas muslim periode awal, secara intensif menerima bimbingan dan riyadlah bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di rumah Arqam bin Abi Arqam. dilansir dari e journal
Inilah salah satu contoh dari berita terkait beberapa informasi yang di sampaikan mengenai Sejarah Masjid Raya Islamic Center. Untuk mengetahui tentang umroh ataupun haji yang lebih lengkap,bisa mengunjungi ke website travel kami / bisa KLIK DISINI dan juga bisa menghubungi ke nomor 0819 2928 9999